Home » » Sejarah Kabupaten Maros

Sejarah Kabupaten Maros

Written on Monday, September 22, 2014 | 9:17 PM

1. Penduduk Asli Prasejarah

Gambar Telapak Tangan dan Babi Rusa
 Peninggalan Prasejarah
di Kawasan Arkeologi Leang-Leang
Sejarah tentang Maros senantiasa terkait dengan keberadaan manusia pra-sejarah yang ditemukan di Gua Leang-leang, Kelurahan Kalabbirang, Kecamatan Bantimurung (sekitar 11 km dari kota Maros atau 44 km dari Kota Makassar) Dari hasil penelitian, arkeolog menyebutkan bahwa gua bersejarah tersebut telah dihuni oleh manusia sejak zaman Megalitikum sekitar 3000 tahun sebelum Masehi (nyaris satu zaman dengan Nabi Nuh yang wafat 3043 tahun sebelum Masehi) yang selanjutnya turun-temurun atau beranak-pinak hingga saat ini. Sehingga, untaian sejarah tersebut menjadi "benang merah" tentang asal-muasal orang-orang Maros atau biasa disebut dengan istilah "Putera Daerah".

2. Masa Kerajaan

Berdasarkan data-data yang diperoleh, terutama salah satu putra daerah, yakni Andi Fahry Makkasau dari bukunya berjudul “Kerajaan-Kerajaan di Maros Dalam Lintasan Sejarah”, memuat sejarah Kabupaten Maros. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa Kabupaten Maros pada awalnya adalah sebuah wilayah kerajaan yang dipengaruhi oleh dua kerajaan besar di Sulawesi Selatan, yakni Kerajaan Bone dan Kerjaan Gowa, yang mana pada waktu itu, Maros memiliki nilai strategis yang sangat potensial. Kabupaten Maros dari dulu hingga saat ini dihuni oleh dua suku, yakni Suku Bugis dan Suku Makassar.

Kerajaan Marusu mulai dikenal dan mempengaruhi kerajaan lain berawal dari kehadiran Tumanurung Karaeng Loe Ri Pakere pada tahun 1471, dalam berbagai lontara baik lontara Maros maupun lontara Gowa dan Bone disebutkan bagaimana seorang tokoh kharismatik, bergelar Karaeng Loe Ri Pakere telah memperkenalkan eksistensi kerajaannya yang diberi nama Marusu pada kerajaan-kerajaan tetangga, bahkan dengan cepat dapat memainkan peranan konstruktif dalam tatanan politik pemerintahan kerajaan Kembar Makassar (Gowa-Tallo), bahkan diformalkan dengan melakukan perjanjian persahabatan dengan Raja Bone VI La Olio Bote-e dan dengan Raja Polongbangkeng I bergelar Karaeng Loe Ri Bajeng

Berdasarkan Lontara Patturioloanna Tu Marusuka, beliau ini tidak mempunyai keturunan dan nama isterinya juga tidak diketahui, namun dalam lontara tersebut menyebutkan, bahwa beliau mempunyai seorang putri angkat yang juga merupakan seorang tumanurung bergelar Tumanurunga Ri Pasandang yang menikah dengan seorang tumanurung dari daerah luwu bergelar Tumanurung Ri Asa’ang dan melahirkan seorang putra yg bernama I Sangaji Ga’dong yang setelah dewasa naik tahta menjadi Karaeng Marusu II menggantikan Karaeng Loe Ri Pakere.

Ketika Karaeng Tumapa’risika Kallonna Raja Gowa IX yang memerintah sekitar tahun 1510-1546 melakukan ekspansi perluasan wilayah menyerang dan menguasai negeri sekitarnya, Kerajaan Marusu pun tak luput dari serangan tersebut. Dalam serangan pertama berhasil di bendung oleh laskar kerajaan Marusu sehingga Gowa harus pulang dgn tangan hampa. Kerajaan Marusu kewalahan ketika terjadi serbuan kedua yang mana pada akhirnya terjadi traktat persahabatan antara karaeng Loe Ri Pakere raja Marusu I dgn karaeng Tumapa’risi Kallonna raja Gowa IX.

Kemudian pada Masa pemerintahan I Mappasomba Dg Nguraga Karaeng Patanna Langkana Tumenanga Ribuluduayya Raja Marusu IV, Kerajaan marusu mengangkat senjata melawan kerajaan gowa. Perang ini disebabkan karena berpihaknya mereka ke Kerajaan Tallo. Peperangan ini berakhir dengan damai dan melahirkan suatu sumpah yaitu ”iya iyanamo ampasiewai gowa na tallo iyamo ricalla dewata” artinya ”barang siapa yg memperselisihkan Gowa dan Tallo maka akan dikutuk oleh yg maha pencipta”

Fort Benteng Maros Celebes pada masa Hindia Belanda
Kerajaan Marusu dengan batas batas meliputi: bagian selatan berbatasan dgn kerajaan Gowa/Tallo,bagian utara berbatasan dengan Binanga Sangkara’ ( batas kerajaan Siang),bagian timur berbatsan dengan daerah pegunungan ( Lebbo’ Tangngae )dan pada bagian baratnya berbatasan dengan Tallang Battanga ( Selat Makassar ) hidup berdampingan dengan damai dengan kerajaan tetangga seperti Gowa, Bone, Luwu dll. Keadaan berubah ketika masuknya intervensi kolonial kompeni belanda. Seiring kekalahan kerajaan Gowa/Tallo dibawah pemerintahan I Mallombassi DG Mattawang Karaeng Bonto Mangngape-Sultan Hasanuddin oleh kompeni belanda dibawah pimpinan Admiral Speelman.

Atas kekalahannya tersebut maka Raja Gowa, Sultan Hasanuddin terpaksa menandatangani suatu perjanjian perdamaian pada tgl 18 november 1667 yg dinamakan ” Cappaya Ri Bungaya ” atau ” Perjanjian Bungaya “.yg terdiri atas beberapa pasal, dan salah satunya mengatakan ” bahwa semua negeri yang telah ditaklukan oleh kompeni dan sekutunya, harus menjadi tanah milik kompeni sebagai hak penaklukan “.

Oleh karena itu, Kerajaan Marusu yg merupakan sekutu kerajaan Gowa yang berhasil ditaklukkan oleh kerajaan bone di bawah pimpinan Arung Bakke, Arung Appanang dan Arung Bila atas nama Arung Palakka yang merupakan sekutu dari kompeni, secara otomatis ikut pula dikuasai oleh kompeni belanda.

Penguasaan itu terjadi pada awal tahun 1700, tepatnya pada masa pemerintahan Kare Yunusu Sultan Muhammad Yunus Karaeng Marusu VII. Saat itu kerajaan Marusu tidak lagi menjadi suatu kerajaan independen melainkan telah menjadi daerah jajahan kompeni Belanda dalam bentuk ” regentschap” dimana raja Marusu hanyalah merupakan raja tanpa mahkota(onttrondevorsteen) Pengangkatan raja harus mendapat persetujuan dari pihak belanda. Selain itu , wilayah kerajaan Marusu yang cukup luas terpecah menjadi beberapa kerajaan kecil, seperti : kerajaan Bontoa, Tanralili, Turikale, Simbang, Raya dan Lau’.

Melihat keadaan yg demikian, maka Kare Yunusu lalu menyerahkan tahta kepada La Mamma DG Marewa Diwettae Mattinroe Ri Samanggi yg merupakan keturunan dari I Maemuna Dala Marusu adik kandung dari Karaengta Barasa Sultan Muhammad Ali Raja Marusu VI ayahanda beliau yg diperisterikan oleh La Patau Matanna Tikka Sultan Alimuddin Idris Raja Bone Mattinroe Ri nagauleng.

Di masa pemerintahan La Mamma DG Marewa ini, semua raja kerajaan tetangga yg baru berdiri itu membentuk suatu wadah persatuan guna mengantisipasi segala macam gangguan / intervensi dari pihak pihak lain terutama dari pihak belanda.

Pada awalnya, ajakan dari La Mamma Dg Marewa ini ditolak karena menganggap rencana La Mamma hanya untuk menguasai kembali wilayah Kerajaan Marusu yang sudah terpecah pecah. Namun berkat diplomasi yang baik, akhirnya terbentuklah suatu wadah persatuan yg bernama  "TODDO LIMAYYA RI MARUSU” (persatuan adat lima kerajaan) terdiri atas : Marusu, Simbang, Bontoa, Tanralili, Turikale dan Raya.

(1) Kerajaan Tanralili

Tanralili berasal dari kata ” Tenri dan Lili ” yg berarti tidak dapat ditundukkan, dikatakan demikian karena daerah ini terkenal akan wataknya yang keras dan pemberani. Didirikan pertama kali pada sekitar tahun 1700 oleh bangsawan bone bernama La Mappaware Dg Ngirate Batara Tanralili Bulu’ Ara’na Bulu  yang merupakan keturunan dari La Patau Matanna Tikka Sultan Alimuddin Idris Matinroe RiNaga Uleng Raja Bone XVI.

(2) Kerajaan Turikale

Berdiri pada sekitar tahun 1700 oleh I Mappiare Dg Mangngiri Putra Raja Gowa/Tallo, I Mappau’rangi Karaeng Boddia Sultan Sirajuddin. Dikatakan Turikale (orang dekat/kerabat dekat) sebab, bangswan yang pertama kali membuka derah ini adalah putra Raja Gowa sendiri.

Namun pendapat kedua mengatakan bahwa penamaan Turikale karena raja yang memerintah di Turikale menjalin hubungan yang dekat dengan pihak belanda. Banyak pendapat yang menentang sejarah ini.


(3) Kerajaan Simbang


Dikatakan Simbang (batas) sebab terletak antara kerajaan Gowa dan Bone. Menurut A Fachri Makkasau dalam bukunya berjudul ” Kerajaan Kerajan di Maros Dalam Lintasan Sejarah ” mengatakan bahwa simbang berasal dari kata sembang artinya menggantungkan di bahu. Hal ini berdasarkan dari riwayat Karaeng Ammallia Butta yang pertama kali datang membuka daerah ini, beliau menggantungkan regelia/kalompoang yang dibawanya dari Gowa di bahunya sehingga rakyat setempat memberinya gelar Karaeng Sembang yang lalu berubah bunyi menjadi ”Simbang”

Kerajaan ini berdiri pada sekitar awal tahn 1700 oleh La Pajonjongi Petta Sanrimana Belo Karaeng Ammallia Butta Ri Marusu yang merupakan bangsawan Gowa Bone putra dari La Pareppa Tosappewali Sultan Ismail Tumenanga Ri Somba Opu.

(4) Kerajaan Bontoa

Berdiri pada tahun 1700 oleh I Mannyarrang seorang bangsawan dari daerah bangkala putra dari I pasairi dg Mangngasi Karaeng Labbua Tali Bannangna dari isterinya I Daeng Takammu Karaeng Bili’ Tangngayya putri dari I Monriwagau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tunipallangga Ulaweng Raja Gowa X ( 1546-1565)

Muh Aspar dalam artikelnya berjudul ”Riwayat Gallarang Bontoa” menulis bahwa , daerah ini sebelumnya merupakan wilayah yang dikuasai oleh Karaeng Marusu,sebagaimana yg diriwayatkan oleh J.A.B. Van De Broor tentang Randji silsilah regent Van bontoa ( 1928 ). Diriwayatkan I Mannyarrang sebagai utusan dari raja Gowa untuk memperluas wilayah kekuasaan kerajaan Gowa sehingga, Karaeng Marusu mempersilahkan I Manyarrang membuka daerah baru yang menjadi kekuasaan Gowa. namun, dalam lontara sejarah Karaeng Loe Ri Pakere yang di tulis Andi Syahban Masikki, (1889) oleh W. Cumming Reppaading the histoies of Maros choronicle, tidak menempatkan Bontoa sebagai wilayah yang dikuasai Marusu.

(5) Kerajaan Lau’

Berdiri pada sekitar tahun 1800 oleh La Abdul Wahab Pagelipue Dg Mamangung Mattinroe Ri Laleng Tedong putra dari La Mauraga Dg Malliungang Datu Mario Ri Wawo , cucu dari WE Tenri Leleang Sultanah Aisyah Datu Tanete Pajung Luwu XXVI Mangattinroe Ri Soreang. Diperisterikan oleh La Malliongang Datu Limattinroe Ru Sapirie.


Kelima Wilayah kerajaan itulahci yang merupakan cikal bakal dari Kerajaan Marusu yang kemudian bernama Kabupaten Maros sampai saat ini. Selain nama Maros, masih terdapat nama lain daerah ini, yakni Marusu dan/atau Buttasalewangan. Ketiga nama tersebut oleh sebagian masyarakat Kabupaten Maros sangat melekat dan menjadikan sebagai lambang kebanggaan tersendiri dalam mengisi pembangunan daerah.


3. Masa Kemerdekaan

Maros Pada Tahun 1929
Pada masa kemerdekaan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1952 jo. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1953 tentang Pembentukan Afdeling Makassar, diatur bahwa Maros menjadi Onderafdeling Makassar yang dibagi menjadi 16 distrik yaitu

Pada masa kemerdekaan, yakni tujuh tahun setelah Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945 oleh pemerintah Republik Indonesia dikeluarkan peraturan No. 34 1952 juncto PP. No. 2/1952 tentang pembentukan Afdelling Makassar yang di dalamnya tercakup Maros sebagai sebuah Onderafdelling dengan 16 buah distrik, masing-masing :

Regent Maros Pada Masa Hindia Belanda
1. Distrik Turikale Dipimpin oleh Karaeng 
2. Distrik Marusu Dipimpin oleh Karaeng
3. Distrik Simbang Dipimpin oleh Karaeng
4. Distrik Bontoa Dipimpin oleh Karaeng
5. Distrik Lau’ Dipimpin oleh Karaeng
6. Distrik Tanralili Dipimpin oleh Karaeng
7. Distrik Sudiang Dipimpin oleh Gelarang
8. Distrik Moncongloe Dipimpin oleh Gelarang
9. Distrik Bira Dipimpin oleh Gelarang
10. Distrik Biringkanaya Dipimpin oleh Gelarang
11. Distrik Mallawa Dipimpin oleh Arung
12. Distrik Camba Dipimpin oleh Arung
13. Distrik Cendrana Dipimpin oleh Arung
14. Distrik Laiya Dipimpin oleh Arung
15. Distrik Wanua Waru Dipimpin oleh Arung
16. Distrik Gantarang Matinggi Dipimpin oleh Arung

Ke enam belas distrik diatas merupakan pusat-pusat pemerintahan di Kabupaten Maros pada masa lampau yang kemudian berkembang seiring dengan kemajuan pembangunan secara lokal maupun regional, maka sebagian wilayah Kabupaten Maros terintegrasi ke wilayah administrasi Kotamadya Ujungpandang (Ujungpandang berubah nama menjadi Kota Makassar). Adapun wilayah distrik Kabupaten Maros tersebut yang terintegrasi di wilayah administrasi Kota Makassar tersebut adalah Distrik Bira, Sudiang dan Biringkanaya. Pelepasan wilayah Bira, Sudiang dan Biringkanaya tersebut dari wilayah Kabupaten Maros terjadi pada tahun 1970-an. 

Wilayah Kabupaten Maros dalam sejarahnya telah mengalami bebrapa kali pemekaran wilayah. Pada tahun 1963, Kabupaten Maros terbagi atas 4 (empat) kecamatan, yakni Kecamatan Maros Baru, Bantimurung, Mandai, dan Camba. Memasuki tahun 1989, diadakan pemekaran wilayah kecamatan dengan dibentuknya 3 (tiga) kecamatan perwakilan, yakni Kecamatan Perwakilan Tanralili, Maros Utara, dan Mallawa, yang hingga saat ini saat ini terdapat 14 wilayah kecamatan. Masing-masing wilayah kecamatan tersebut memiliki potensi tersendiri dalam menunjang pembangunan wilayah. Disampin itu, Kabupaten Maros memiliki peranan yang sangat berarti dalam pembangunan Kota Makassar sebagai ibukota provinsi dan sekaligus sebagai pusat pengembangan wilayah Kawasan Timur Indonesia (KTI). Peluang inilah membawa pengaruh yang sangat signifikan terhadap perkembangan wilayah Kabupaten Maros, terutama wilayah-wilayah yang berbatasan dengan Kota Makassar. Sedangkan rencana pembangunan wilayah secara eksternal, sebagian wilayah Kabupaten Maros masuk dalam pengembangan Kawasan Mamminasata sebagai kawasan kota metropolitan.

Setelah menjalani titian sejarah selama lima abad dimulai dengan berdirinya Kerajaan Marusu pada awal abad XV yang selanjutnya terjadi kehidupan yang berdinamika bagi setiap kerajaan mulai dari sistem Monarki menjadi daerah Regentschap kemudian menjadi daerah Adat Gemeenschap sampai dekade terakhir menjadi distrik, maka dalam sebuah masa peralihan antara fase pemerintahan klasik/tradisional dengan pemerintahan konstitusional lahirlah Undang-undang No. 29 Tahun 1959 (14 tahun setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945) Undang-undang tersebut menjadi dasar hukum berdirinya Kabupaten Daerah Tingkat II se Sulawesi Selatan termasuk didalamnya adalah Kabupaten Maros yang meliputi gabungan tiga persekutuan adat. Dari terbentuknya Maros sebagai wilayah administrasi kabupaten dari tahun 1960 sampai sekarang, telah dipimpin oleh 17 (Tujuh Belas) Bupati Kepala Daerah & caretaker termasuk Bupati yang menjabat saat ini H. Hatta Rahman.

*Diolah dari berbagai sumber

Baca Juga:
9 Objek Wisata Alam di Kabupaten Maros
Daftar dan Profil Anggota DPRD Kabupaten Maros 2014-2019
Kawasan Karst Maros Pangkep (KKMP)

Share this article :

0 komentar:

Post a Comment

Klik Disini

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Sok Pintar Sok Tahu - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger